May 19, 2007

mahabbah

Tanda-tanda kecintaan Allah SWT kepada hambaNya
Ada beberapa pertanda yang apabila terdapat dalam diri seorang hamba atau hamba yang bersangkutan merasakannya, maka hal itu menunjukkan bahwa Allah mencintainya.
1. Pengaturan Allah yang baik kepadanya. Dia telah mendidiknya sejak kecil dengan tatanan yang terbaik. Allah telah menetapkan iman dalam kalbunya dan memberikan penerangan pada akalnya sehingga dia berhak mendapat kecintaan dari Nya dan memprioritaskannya hanya untuk beribadah kepadaNya. Dia menyibukan lisannya dengan berdzikir kepadaNya dan menyibukkan seluruh anggota tubuhnya dengan amal ketaatan serta selalu mengikuti semua yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Allah menjadikannya bersikap antipati dengan segala sesuatu yang menjauhkan dirinya dari Allah. Allah akan memberikan pertolongan kepada hamba yang dicintaiNya ini dengan memudahkan segala urusan tanpa merendahkan dirinya kepada makhluk.
2. Menjadikan orang yang dicintainya dapat diterima di kalangan penduduk bumi.
Abu Hurairah ra menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah apabila mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan berfirman, "Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia!", maka Jibril pun mencintainya, kemudian berseru di langit (kepada penghuninya) seraya mengatakan, "Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah dia oleh kalian." maka semua penduduk langit pun mencintainya, kemudian diletakkanlah kecintaan kepadanya di kalangan penduduk bumi. Sebaliknya, apabila Allah membenci seorang hamba. Dia memanggil Jibril, lalu berfirman: "Sesungguhnya Aku membenci si Fulan, maka bencilah dia!". Jibril pun membencinya, kemudian Jibril berseru di kalangan penduduk langit, "Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah dia oleh kalian." maka mereka pun membencinya kemudian diletakkanlah kebencian terhadapnya di muka bumi." (HR Bukhari dan Muslim)
3. Allah menimpakan cobaan kepadanya.
Anas ra telah mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya besar pahala mengikuti pada besarnya cobaan. Sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum, pasti Dia menimpakan cobaan Nya kepada mereka. Barangsiapa yang ridha, dia akan mendapat keridhaanNya dan barang siapa yang marah, maka dia akan mendapat murka-Nya."
Allah menimpakan cobaan kepada mereka dengan berbagai macam ujian hingga membersihkan mereka dari dosa-dosa.
"Dan sesunguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu." (QS Muhammad (47): 31)
Cobaan akan ditimpakan oleh Allah kepada seorang hamba sesuai dengan kadar keimanan dan kecintaanya kepada Allah, sebagaimana yang dipertanyakan Sa'ad bin Abu Waqqash ra, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya? Rasulullah SAW menjawab, "Para nabi, kemudian orang-orang yang dibawahnya lagi. Seorang hamba akan diuji sesuai dengan kemampuan agamanya, apabila agamanya kuat, maka cobaannya kuat pula, dan jika dalam agamanya terdapat kerapuhan, maka dia mendapat cobaan sesuai dengan kemampuan agamanya. Cobaan tiada hentinya akan mendera seorang hamba hingga membiarkannya berjalan di muka bumi, sedang dia tidak mempunyai suatu dosa pun." (HR Tirmidzi dinilai shahih oleh Al Albani).
4. Meninggal dunia dalam keadaan sedang mengerjakan amal shalih, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits: Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah apabila menyukai seorang hamba, Dia akan membuatnya seperti madu. Para sahabat bertanya, "Apakah yang dimaksud dengan membuatnya seperti madu?" Beliau menjawab, "Memberinya taufiq untuk mengerjakan amal shalih sebelum ajal datang menjemputnya hingga semua tetangga dan orang-orang yang ada disekitarnya ridha kepadanya." (HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim, dinilai shahih oleh Al-Albani)
Mahabbah (cinta) adalah suatu kedudukan yang didalamnya
bersaing banyak orang untuk memperebutkannya
Hanya tertuju kepadanyalah orang-orang yang beramal
memusatkan perhatian mereka
Demi untuk meraih ilmu mengenainya
orang-orang yang paling terdahulu
menyingsingkan lengan bajunya
Dan oleh karenanyalah,
orang-orang yang dimabuk cinta melupakan segalanya
Dan berkat keharuman hembusannya,
orang-orang ahli ibadah bersemangat
dalam mengerjakan ibadahnya
Mahabbah (cinta) adalah konsumsi kalbu manusia,
santapan ruhani mereka, kesejukan hati mereka,
kesenangan jiwa mereka, cahaya akal,
dan kesejahteraan batinnya
Dan mahabbah (cinta) adalah tujuan semua cita-cita
kesudahan semua harapan
jiwa kehidupan, dan kehidupan jiwa
(Sumber: Silsilah Amalan Hati (3): Tafakur, Mahabbah, Taqwa, Wara'; Muhammad bin Shalih Al Munajjid, IBS, 2005)

Teruntuk sahabat muslimahku yang masih dalam penantian

Duhai saudariku yang dirahmati Allah, andai saat ini dirimu sedang resah, gundah, karena belum datang juga pendamping hidup yang engkau inginkan sementara usiamu semakin merambat naik dan mungkin engkau sudah dikatakan tidak muda lagi, maka bersabarlah, yakinlah bahwa jodohmu akan datang menjemputmu suatu ketika suatu masa. Sesungguhnya Allah tengah memberikan kesempatan kepadamu untuk memperbaiki diri, memperbaiki keimananmu agar engkau mendapatkan seorang jodoh yang memiliki keimanan yang sama sepertimu, seorang laki-laki yang sholeh. Tidakkah kau tahu sahabatku? Engkau tidak akan mendapatkan laki-laki yang sholeh jika dirimu tidak mau menimba ilmu, tidak mau berjuang memperbaiki akhlakmu menjadi seorang wanita yang sholehah. Jangan harap engkau mendapat seorang laki-laki yang baik bila engkau tidak berusaha menjadi wanita yang baik.

Karena Allah telah berfirman di dalam Al Qur’an:

“wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik… “ (QS An Nuur (24): 26)

Jagalah kehormatan dirimu wahai saudariku, karena sesungguhnya seseorang yang belum menikah itu memiliki godaan nafsu yang besar, sebagaimana yang disampaikan oleh sahabat Umar bin Khattab radi’allahuanhu.: “Orang yang belum menikah akan cenderung tergoda untuk berbuat kotor dan zina”.

Jauhilah segala sesuatu yang mampu membangkitkan nafsu syahwatmu, berhati-hatilah dalam menonton acara televisi, media massa, buku cerita, film, sms-sms yang kau terima, musik, yang sekiranya bisa mendorong dirimu berpikiran “ngeres” dan membangkitkan naluri seksualmu. Sesungguhnya semua itu semakin menurunkan nilai keimananmu.

Perbanyaklah berpuasa, banyaklah berdoa kepada Allah, dan rajinlah mengikuti taklim-taklim atau Carilah ilmu agama Allah, hanya dengan cara itulah imanmu akan semakin terpupuk. Jangan heran, sekalipun engkau berjilbab besar ya saudariku, jika ilmumu tidak pernah diasah, maka jangan harap keimananmu tetap meningkat. Sesungguhnya pupuknya iman itu adalah ilmu.

Manfaatkanlah waktu penantianmu dengan sebaik-baiknya. Selain berdoa dan memperbaiki diri, tidak ada salahnya engkau meminta bantuan sahabat sholeh, saudara atau meminta kepada orang yang bisa dipercaya (pemuka agama) untuk mencarikan seorang pendamping hidup. Menawarkan diri pun di dalam agama Islam diperbolehkan pula. Hal tersebut bukan sesuatu yang memalukan bagi kita sebagai kaum wanita. Seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Tsabit al-Bunnani yang berkata, “Aku berada di sisi Anas, dan disebelahnya ada anak perempuannya. Anas berkata, ‘Seorang wanita datang kepada Rasulullah salallahu’alaihiwassalam menawarkan dirinya seraya berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau berhasrat kepadaku?” (dan di dalam satu riwayat yang lain wanita itu berkata, ‘Wahai Rasulullah, saya datang hendak memberikan diriku kepadamu’). Maka putri Anas berkata, ‘Betapa sedikitnya perasaan malunya, idih…idih.’ Anas berkata, ‘Dia lebih baik daripadamu, dia menginginkan Nabi lalu menawarkan dirinya kepada Beliau” (HR. Bukhari)

Ingatlah saudariku, ibarat seseorang yang tengah berjualan, tentunya peluang untuk bisa laku akan lebih besar ketika seseorang itu menawarkan barangnya kepada orang yang hendak membelinya dibandingkan tidak. Lihatlah sebagaimana yang pernah dilakukan oleh sahabat Umar ketika menawarkan Hafsah, puterinya kepada sahabat-sahabatnya tidak menjadikan diri Hafsah menjadi turun derajatnya.

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radi’allahuanhu. Beliau berkata:

“Umar bin Khattab ra ketika Hafsah menjanda dari Khunais bin Khudzafah as-Sahmi radi’allahuanhu. Umar bin Khattab radi’allahuanhu berkata, “Aku datang kepada Utsman bin Affan radi’allahuanhu. Lalu aku tawarkan kepadanya Hafsah. Maka Utsman berkata, ‘Aku akan melihat urusanku’, lalu aku berdiam selama beberapa malam, kemudian Utsman datang kepadaku seraya berkata, ‘Tampak olehku bahwa saat-saat ini aku belum berhasrat untuk kawin.’ Umar berkata, ‘Lalu aku temui Abu Bakar ash-Shidiq radi’allahuanhu, lantas kukatakan, ‘Jika engkau mau aku ingin mengawinkan engkau dengan Hafsah binti Umar’. Maka Abu Bakar diam saja dan tidak menjawab sedikitpun dan aku merebutnya setelah Utsman. Maka aku diam selama beberapa malam, kemudian Rasulullah salallaahu’alaihi wassalam melamarnya,lalu aku nikahkan dia dengan Beliau. Setelah itu Abu Bakar menemuiku seraya berkata, ‘Engkau telah menemuiku untuk menawarkan Hafsah kepadaku, tetapi aku tidak menjawab sedikitpun. ‘Umar berkata, “Benar”. Abu bakar berkata, ‘Tidak ada yang menghalangiku untuk menjawab tawaranmu itu melainkan karena aku telah mengetahui bahwa Rasulullah salallaahu’alaihi wassalam pernah menyebut-nyebut Hafsah, maka aku tidak ingin membukakan rahasia Rasulullah salallaahu’alaihi wassalam. Dan seandainya Rasulullah salallaahu’alaihi wassalam meninggalkannya, niscaya aku akan menerimanya. (HR Bukhari)

Andaikata ikhtiar telah dijalankan dan pendamping hidupmu pun belum juga datang, tetaplah bersabar, bertawakal dan berprangka baik kepada Allah subhanahu wata’ala.

“Setiap muslim yang memohon -selain suatu dosa dan pemutusan hubungan-pasti Allah akan memberi salah satu dari tiga hal: do’anya dikabulkan dengan segera, atau do’anya disimpan untuk di akhirat, atau lantaran do’a tersebut dijauhkan dari mara bahaya sebesar kebaikan yang ia minta” (HR Ahmad, Abu Ya’la dan at Tirmidzi).

Boleh jadi Allah belum memberikan pendamping kepadamu karena Allah tengah menguji keimananmu.

Jika engkau bersabar, maka balasannya adalah surga. Mungkin engkau tidak mendapatkan pendamping hidup di dunia, namun kelak engkau akan mendapatkan pendamping hidup di surga.

“Sesungguhnya Allah berfirman: “Jika Aku menguji hamba-Ku (dengan kebutaan) pada kedua matanya lalu ia bersabar, maka Allah akan mengganti kedua matanya itu dengan surga” (HR Bukhari)

Andai dirimu masih resah, maka obat mujarabmu adalah dzikrullah.

Ingatlah! Hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram (QS Ar-Ra’d (13): 28)